CeritaRakyat Asal Usul Banyuwangi 1. Pertemuan Sang Raja dengan Sang Putri 2. Pertemuan Surati dengan Kakaknya 3. Akhir Cerita Surati Unsur Intrinsik Cerita Banyuwangi 1. Tema 2. Latar 3. Tokoh 4. Alur 5. Sudut Pandang 6. Amanat / Pesan Moral 7. Majas Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat Asal Usul Banyuwangi 1. Budaya Bertutur 2. Agama
Uploaded byRomi Adibi 80% found this document useful 5 votes10K views4 pagesDescriptionbwiCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document80% found this document useful 5 votes10K views4 pagesAsal Usul Banyuwangi Bahasa JawaUploaded byRomi Adibi DescriptionbwiFull descriptionJump to Page You are on page 1of 4Search inside document You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
CeritaRakyat Daerah Jawa Timur. 14. Lembu Suro. Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah seorang raja bernama Prabu Brawijaya. Ia memimpin Kerajaan Majapahit, daerah Jawa Timur. Ia merupakan raja yang bijaksana, selain sakti dan kuat. Ia memiliki seorang putri yang berparas cantik. Dyah Ayu Pusparani namanya. ï»żCerita rakyat asal usul Banyuwangi merupakan salah satu dari cerita rakyat Jawa Timur yang paling terkenal. Dongeng banyuwangi mengingatkan kita untuk tidak asal menuduh orang lain. Adik-adik akan bertambah pengetahuannya dengan membaca cerita ini. Selamat membaca. Dongeng Dari Jawa Timur Cerita Rakyat Asal Usul Banyuwangi Dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Banterang. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Suatu saat, Raja Banterang pergi berburu dengan beberapa pengawalnya. Tiba-tiba, ia melihat seekor kijang melesat melewatinya di dalam hutan. Raja Banterang mengejar kijang tersebut, sehingga terpisah dari para pengawalnya. Di pinggir sebuah sungai, Raja berhenti. Ia sangat heran betapa cepatnya kijang itu lari. Tiba-tiba, seorang gadis cantik menghampirinya. “Siapakah kau? Apakah kau penunggu hutan ini?” tanya Raja Banterang. “Namaku Surati, Paduka. Ayahku adalah raja dari Kerajaan Klungkung. Aku berada di sini karena melarikan diri dari kejaran musuh. Ayahku telah gugur dalam peperangan mempertahankan kerajaan,” kata gadis itu. Raja Baterang merasa iba. Ia pun memboyong gadis itu ke istana. Tidak lama kemudian, mereka menikah. Suatu hari, ketika Raja Banterang sedang pergi berburu, seorang laki-laki berpakaian compang-camping mendatangi Surati. Laki-laki itu adalah kakak kandung Surati yang bernama Rupaksa. “Surati, tahukah kau bahwa suamimu adalah orang yang membunuh ayah kita? Kita harus bekerja sama untuk membalas dendam,” kata Rupaksa. Dongeng Cerita Rakyat Asal Usul Banyuwangi Surati menolak keinginan kakaknya, “Tidak Kak. Aku berutang budi kepada Raja Banterang. Ia telah menyelamatkanku. Aku tidak mau membantumu untuk membunuhnya.” Rupaksa terus memaksa adiknya, tetapi Surati tetap tidak mau melakukannya. Laki-laki itu sangat marah kepada adiknya. Sebelum pergi meninggalkan adiknya, ia melepaskan ikat kepalanya dan memberikannya kepada Surati. “Simpanlah ini sebagai cinderamata dariku. Letakkanlah di bawah tempat tidurmu,” kata Rupaksa. Raja Banterang yang sedang berburu di dalam hutan tidak mengetahui kejadian tersebut. Di dalam hutan, ia bertemu dengan seorang laki-laki berpakaian compang-camping yang berjalan menghampirinya. “Tuanku Raja Banterang. Paduka saat ini dalam bahaya. Ada yang sedang berencana membunuh Paduka, yaitu istri paduka dan orang suruhannya.” Raja Banterang sangat terkejut, “Apa buktinya kalau istriku mengkhianatiku?” °Sekarang kembalilah Paduka ke istana. Carilah sebuah ikat kepala yang letaknya di bawah ranjang istri Paduka. Itu adalah milik laki-laki suruhan istri Paduka yang diminta untuk membunuh Paduka.” Semula, Raja Banterang tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Sesampainya di istana, ia mencari-cari ikat kepala yang dikatakan orang tersebut. Ternyata benar, ia menemukan sehelai ikat kepala di bawah tempat tidur Surati. Raja Banterang marah bukan main kepada istrinya. “Ternyata benar kata laki-laki itu! Kau sedang berencana untuk membunuhku! Ini buktinya!” kata Raja Baterang pada istrinya. “Kanda, aku tidak mengerti apa maksudmu?” Raja Baterang menceritakan bagaimana seorang laki-laki berpakaian kumal dan compang-camping menemuinya di hutan. Surati mengatakan bahwa itu adalah kakaknya yang bernama Rupaksa. Ia menceritakan apa yang diinginkan Rupaksa kepada suaminya. Namun, Raja Banterang tidak memercayainya. “Kanda, aku tidak pernah berniat berkhianat. Aku rela berkorban apa pun untuk keselamatanmu. Tolong percaya kepadaku!” ujar Surat’. Raja Banterang sudah tersulut emosinya. Ia tetap tak memercayai istrinya. Surati berlari ke tepi air terjun dan Raja Banterang mengikutinya. “Kanda, di bawah jurang ini mengalir sungai. Aku akan menyeburkan diri ke air terjun itu. Jika air sungai menjadi jernih dan berbau wangi, berarti aku tidak bersalah! Namun, jika air sungai ini berubah menjadi keruh dan berbau busuk, berarti aku bersalah!” Surati lalu menyeburkan diri ke dalam air terjun itu. Tak lama kemudian air sungai terlihat jernih dan mengeluarkan bau yang sangat harum. Melihat hal itu Raja Banterang segera menyadari bahwa istrinya tidak bersalah. “Maafkan aku istriku. Ternyata kau tidak bersalah,” kata Raja Banterang. Namun, ia tidak pernah menemukan istrinya. Surati menghilang secara tiba-tiba. Ia sangat menyesal. Namun, penyesalannya tidak berarti lagi. Sejak saat itu, tempat tersebut disebut dengan Banyuwangi. Dalam bahasa Jawa, “banyu” berarti “air” dan “wangi” berarti harum. Pesan moral dari cerita rakyat asal usul Banyuwangi Dongeng Jatim adalah jangan mudah berprasangka buruk terhadap orang lain, sebelum mengetanui kebenarannya. Baca cerita rakyat banyuwangi lainnya pada artikel yang telah kami posting sebelumnya yaitu Cerita Rakyat Indonesia Dongeng Keong Mas

IstilahOsing untuk menyebut suatu kelompok etnis dan bahasa lokal di Banyuwangi, pertama kali ditemukan dalam tulisan Lekkerkerker mengenai latar historis ujung timur PuIau Jawa yang terbit pada

Contoh Narrative Text Tentang Cerita Rakyat Banyuwangi Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya - Banyuwangi adalah sebuah nama Kabupaten di Jawa Timur, nama tempat ini berasal dari Legenda setempat. Lalu apa sih itu Narrative Text? Jadi, Narrative Text adalah suatu cerita yang memiliki rangkaian peristiwa kronologis yang saling terhubung. Tujuan dari Narrative Text adalah untuk menghibur pembacanya. Dan tentunya cerita binatang yang satu ini merupakan salah satu dari Narrative Text. Sepertinya tidak asing lagi mendengar cerita rakyat Banyuwangi namun apakah kalian tau mengapa dinamakan Banyuwangi atau Banyu dalam artian “Air” berarti Banyu yang wangi? Ya mungkin bisa jadi. Google Image - Contoh Narrative Text Cerita Rakyat Banyuwangi Bahasa Inggris Nah untuk itu, agar lebih jelasnya mari kita pelajari Contoh Narrative Text Tentang Cerita Rakyat Banyuwangi Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya, dan mempermudah kalian semuanya tentunya sudah dalam bahasa inggris plus artinya, mari kita simak the legend of "Banyuwangi" Narrative Text singkat dibawah ini Contoh Narrative Text Cerita Rakyat Banyuwangi Bahasa Inggris FolkloreBanyuwangi Folklore Once upon a time, in eastern part of Java Island, there was a kingdom ruled by a king. The king’s name was Prabu Menak Prakoso. One day, Prabu Menak and his soldiers invaded the kingdom of Klungkung in Bali. The king of Klungkung was killed, yet his daughter, Made Surati, and his son, Agung Bagus Mantra, were able to escape and hide in the jungle. Prabu Menak Prakoso had a son named Raden Banterang. He was such a handsome young man. One day, Raden Banterang went to the jungle for hunting. It was in the jungle that Raden Banterang met Made Surati. She was then taken to Blambangan to be his wife. Raden Banterang and Made Surati enjoyed a happy life in the Palace. When Raden Banterang was hunting one day, Made Surati was surprised by the arrival of a dirty beggar asking for her pity. The princess was surprised to find that the beggar was her older brother, Agung Bagus Mantra. She promptly squatted and embraced her brother’s legs. However, her great respect of her brother was not well accepted. Instead, Agung Bagus Mantra asked his sister to kill Raden Banterang. But such a request was rejected. He was very angry with her and came up with a sly idea to slander her. Slowly but surely, Agung succeeded in convincing Raden Banterang that his wife had been involved in a scandal with another man. Asking for compassion, Made Surati tried to tell the truth and denied her husband’s accusation. Hearing his wife explanation, the king became angrier and angrier. As a proof of her sacred love, she asked her husband to kill her. As her last request, she asked her husband to throw her dead body into the river. She said that if the water in the river smelled terrible, it meant that she had ever been sinful. But if it smelled fragrant, it meant that she was innocent. Raden Banterang who was unable to control his emotions soon stabbed his kerís dagger into his wife’s chest. She died instantly. The dead body of Made Surati was quickly thrown into the dirty river. Raden Banterang was shocked to see the river suddenly become clean and as clear as glass with a fragrant smell. Raden Banteraflll screamed crazily and regretted his deed. He walked unsteadìly and fell into the river screaming, “Banyu
 Wangì
 Banyuwangi!” This means “fragrant water”. ArtinyaCerita Rakyat Banyuwangi Pada jaman dahulu, di bagian timur pulau jawa, ada sebuah kerajaan yang diperintahan oleh seorang Raja. Nama raja tersebut adalah Prabu Menak Prakoso. Suatu hari, Prabu Menak dan tentaranya menginfasi kerajaan Klungkung di Bali. Raja Klungkung terbunuh, akan tetapi Anak perempuannya, Made Surati dan saudara laki lakinya, Agung Bagus Mantra, dapat melarian diri dan bersembungi di hutan. Baca Juga Contoh Narrative Text Pendek tentang Malin Kundang Terbaru dan Artinya Prabu Menak Prakoso mempunyai anak laki laki yang bernama Raden Banterang. Dia sangat tampan. Suatu hari Raden Banterang pergi ke hutan untk berburu. Ini adalah hutan dimana Raden Banterang bertemu degan Made Surati. Dia dibawa ke Blambangan untuk menjadi istrinya. Raden Banterang dan Made Surati menikmati kehidupannya di istana kerajaan. Ketika Raden Banterang sedang berburu, Made Surati sangat terkejut oleh kedatangan seorang pengemis kotor meminta belas kasihan. Putri itu terkejut menyadari bahwa pengemis itu adalah kakaknya. Agung Bagus Mantra. Dia dengan segera memegang kaki dari pengemis tersebut dan memeluk kaki kakaknya tersebut. Akan tetapi, rasa hormat kakanya tidak diterima dengan baik. Malahan, Agung Bagus Mantra meminta saudara perempuannya untuk membunh Raden Banterang. Akan tetapi Permintaan itu ditolak oleh Made Surati. Agung Bagus Mantra sangat marah padanya dan mempunyai ide untuk memfitnahnya. Secara pelan, Agung berhasil meyakinkan Raden Banterang bahwa istrinya telah terlibat skandal dengan laki-laki lain. Sambil meminta ampun, Made Surati mencoba untuk mencoba menceritakan kebenaran dan menyangkal tuduhan suaminya. Mendengar penjelasan dari istrinya, Raja menjadi semakin marah dan marah. Sebagai bukti cinta sucinya, dia meminta suaminya untuk membunuhnya. Sebagai permintaannya, Made Surati meminta suaminya untuk melempar jasadnya ke dalam sungai. Made Surati mengatakan jika air berubah di sungai berbau tidak enak, berarti dia telah berbohong. Akan tetapi jika baunya harum, itu berarti bahwa dia tidak bersalah. Raden Banterang yang tidak dapat mengendalikan emisinya dengan segera menusuk kerisnya kedalam dada istrinya. Dia mati secara tiba tiba. Jazad dari Made Surati dengan segera dilemparkan ke dalam air yang kotor. Raden Banterang terkejut melihat Sungai tiba tiba menjadi bersih dan sebening kaca dengan bau harum. Raden Banterang menjerit dengan gila dan menyesalinya. Dia berjalan ke dalam air sambil berteriak “ Banyu.... Wangi.... Banyu wangi!” yang berarti Air yang harum. LEGENDAASAL USUL BANYUWANGI. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Indeks lokasi pembuatan Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami. Pelni sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan LP Banyuwangi Jawa Timur. 1172015 Cerita Rakyat Banyuwangi adalah legenda rakyat Indonesia yang akan Kakak ceritakan pada malam hari ini. Sejarah kota Banyuwangi dalam bahasa jawa – Sejarah kitha banyuwangi Merujuk saking data ingkang kawontenan, sapanjang sejarah Blambangan kintenipun udhar 18 Desember 1771 ngrupikaken kedadosan sejarah ingkang paling sepuh ingkang patut diangkat dados dinten dados Banyuwangi. Sadereng kedadosan puncak perang Puputan Bayu kesebat saleresipun enten kedadosan benten ingkang ngriyenanipun, ingkang ugi heroik-patriotik, yaiku kedadosan penyerangan para pejuang Blambangan ing ngandhap pimpinan Pangeran Puger putra Wong Agung Wilis datheng benteng VOC ing Banyualit ing taun 1768. Nanging tresna kedadosan kesebat mboten kecatet sacara pepak udharanipun, uga kajawi punika terkesan menawi lebet penyerangan kesebat kita sedaya kawon total, saweg pihak mengsah hampir mboten rekaos ketunen menapaa. Ing kedadosan niki Pangeran Puger dhawah, saweg Wong Agung Wilis, saksampune Lateng dihancurkan, tatu, tempen uga lajeng dipunbucal datheng Pulau Banda Lekkerkerker, 1923 . Berdasarkan data sejarah nami Banyuwangi mboten saged ucul kaliyan keajayaan Blambangan. Ket jaman Pangeran Tawang Alun 1655-1691 uga Pangeran Danuningrat 1736-1763, bahkan ugi ngantos nalika Blambangan wonten ing ngandhap perlindungan Bali 1763-1767, VOC dereng nate kegeret konjuk mlebeti uga mengelola Blambangan 1045 . Ing taun 1743 Jawi kunjukan wetan klebet Blambangan diserahkan dening Pakubuwono II dhateng VOC, VOC rumaos Blambangan pancen sampun dados gadhahipun. Nanging konjuk sementara taksih dipunkajengipunaken dados barang simpanan, ingkang enggal badhe dikelola sak-ugi-wanci, menawi sampun dibetahaken. Bahkan nalika Danuningrat memina bantuan VOC konjuk cucul badan saking Bali, VOC taksih dereng kegeret konjuk ningali datheng Blambangan Ibid 19231046. Nanging enggala saksampune Inggris menjalin hubungan gramen kaliyan Blambangan uga mbadanaken kantor gramenipun komplek Inggrisan sakmenika ing taun 1766 ing bandar alit Banyuwangi ingkang ing wanci punika ugi kanaman Tirtaganda, Tirtaarum utawi Toyaarum, mila VOC lajeng ngabah konjuk enggal ngrebat Banyuwangi uga mak-likaken sedaya Blambangan. Sacara umum lebet peprangan ingkang kedadosan ing taun 1767-1772 5 taun punika, VOC pancen ngupados konjuk ngrebat sedaya Blambangan. Nanging sacara khusus saleresipun VOC kesurung konjuk enggal ngrebat Banyuwangi, ingkang ing wanci punika sampun awiti berkembang dados puser gramenan ing Blambangan, ingkang sampun dipunkuwaosi Inggris. Kaliyan mekaten pertela, menawi lairipun setunggal panggen yag lajeng dados tepang kaliyan nami Banyuwangi, sampun dados kasus kedadosanipun peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Menawi sakintenipun Inggris mboten bercokol ing Banyuwangi ing taun 1766, bokmenawi VOC mboten badhe buru-buru numindakake ekspansinya datheng Blambangan ing taun 1767. Uga amargi punika bokmenawi perang Puputan Bayu mboten badhe kedadosan puncaknya ing udhar 18 Desember 1771. Kaliyan mekaten mesti enten hubungan ingkang erat perang Puputan Bayu kaliyan lairipun setunggal panggen ingkang nduwe nami Banyuwangi. Kaliyan tembungan benten, perang Puputan Bayu ngrupikaken kunjukan saking proses lairipun Banyuwangi. Amargi punika, penetapan udhar 18 Desember 1771 dados dinten dados Banyuwangi sayektos rasional sanget. Sejarah kota Banyuwangi dalam bahasa jawa.
KisahBarong Jakripah dan Paman Iris yang merupakan cerita rakyat asal Banyuwangi, Jawa Timur, diterbitkan dalam buku dengan tujuh bahasa.
ASAL USUL BANYUWANGI DALAM BAHASA JAWA Asal usul Banyuwangi dengan bahasa Jawa Wonten ing jaman biyen ing panggenan ujung wetan Jawa Timur anggadahi kerajaan ageng ingkang dipun perintah dhumateng Raja ingkang adil saha wicaksana. Raja kasebut anggadahi putra ingkang gagah ingkang asmanipun Raden Banterang. Kesenengan Raden Banterang inggih punika beburon. “enjang niki kula badhe beburon wonten hutan, siapaken gaman beburon” ngendikanipun Raden Banterang dhumateng para abdinipun. Sak sampunipun gaman beburon sampun siap, Raden Banterang kalian pengiringipun tindak wonten hutan. Nalika Raden Banterang mlampah kyambekan, Raden Banterang mersani kijang mlampah wonten ngajengipun. Awak dewene enggal – enggal ngoyak kijang kasebut. Saengga mlebet wonten ing jero hutan, deweke kepisah kalian pengiringipun. “wonten pundi kijang kijang nembe \”, ngendikanipun Raden Banteran nalika kelangan jejak buronanipun. “badhe tak padosi terus dumugi angsa” tekadipun Raden Banterang nrobos semak – semak saha kekayonan hutan. Ananging hayawan buronan kasebut mboten saged dipun temukaken, deweke dugi wonten ing bengawan ingkang bening toyanipun. Raden Banterang ngunjuk toya bengawan kasebut dumugi ical ngelakipun. Sakderengipun ical ngelake, deweke ninggalake bengawan kasebut. Ananging nembe pirang jangkah Raden Banterang mlampah, Raden Banterang tetemu kalian lare estri ingkang ayu. “ha ? Lare estri ingka ayu sanget? Nopo leres deweke manungsa nopo setan penunggu hutan?” tanglete Raden Banterang wonten ing atinipun. Raden Banterang wanikaken nyaketi lare estri niku “sampean manungsa napa penunggu hutan ?” tanglet Raden Banterang. “kula manungsa” wangsuli lare estri niku kalian mesem. Raden Banterang ngenalake awak dewenipun. Lare estri niku wangsuli “kula Surati saking kerajaan Klungkung” “kulo wonten mriki amargi nyelametaken awak dewe kula saking serangan mungsuh. Romo kula sampun gugur wonten ing mempertahanaken mahkota kerajaan” jelasipun. Mirengaken pangendikan lare estri punika, Raden Banterang kaget mersani derita putri Raja Klungkung niku, Raden Banterang enggal – enggal nulungi lan ngajak wangsul wonten keraton. Mboten dangu sateruse raden Banterang saha Surati nikah lan mbangun keluarga ingkan bahgia. Wonten ing satunggaling dinten, putri Raja kalungkung tindakan kyambekan menyang njaba keraton, “Surati !, Surati !”nyeluk tiyang jaler ingkang penganggonan compang – camping. Sak sampunipun mersani rahi tiyang jaler punika, awak dewene nembe sadar, ingkang wonten ngajengipun inggih punika kakang kandungipun ingkang asmanipun Rupaksa. Maksud tekanipun Rupaksa inggih punika badhe ngajak adinipun supayane balas dendam, amargi Raden Banterang sampun mateni ayahandanipun. Surati nyeritakaken yen awak dewene badhe dipun nikahi Raden Banterang amargi sampun anggadahi utang budi. Surati mboten purun mbantu ajakan kakang kandungipun. Rupaksa nesu mirengaken wangsulan adinipun. Ananging, awak dewene sempet maringi kenangan arupa tali sirah dhumateng Surati “Tali sirah niki kudu sampean simpen wonten ngandap panggenan tileme sampean” pesen Rupaksa. Tetemuan Surati kalian Rupaksa mboten dipun mangertos dateng Raden Banterang, amargi Raden Banterang saweg beburon wonten hutan. Sak nalika Raden Banterang wonten ing tengah hutan, pandangan mripatipun dipun kagetaken dhumateng tekanipun tiyang jaler ingkang penganggonan compang – camping. “Tuan kula, Raden Banterang, keselametan panjenengan saweg cilaka ingkang dipun rencanakaken dhumateng istri panjenengan kyambek” ngendikane tiyang jaler niku “panjenengan saged mersani buktinipun, kelawan mersani tali sirah ingkang dipun simpen wontenngandap panggenan sare panjenengan. Tali sirah niku gadah tiyang jaler ingkang nyuwun pitulungan kangge mateni panjenengan” jelasipun. Sak sampunipun ngendika, tiyang jaler punika ical secara misterius. Raden Banterang kaget mirengaken pangendikan tiyang jaler wau. Awak dewene enggal – enggal wangsul wonten keraton. Sak sampunipundugi keraton, raden Banterang enggal – enggal menyang wonten peraduan istrinipun. Dipun padosi tali sirah ingkang sampun dipun ceritakaken tiyanng jaler menika. “Ha !, leres ngendikanipun tiang jaler wau! Tali sirah niki kangge bukti ! sampean damel rencana badhe mateni kula, kalian nyuwun pitulungan dhumateng tiyang ingkang anggadahi tali sirah niki” Ngarani Raden Banterang dhumateng istrinipun. “ngoten niki nopo balesan sampean kangge kula?” ngendikane raden Banterang . “ampun ansal ngarani. Kula mboten nate anggadahi maksud mateni panjenengan, nopo malih nyuwun pitulungan dateng tiyang jaler” wangsuli Surati. Ananging Raden Banterang tetep wonten pendirianipun nek istrinipun ingkang sampun dipun tulungi badhe nyilakani uripipun Raden Banterang. Sak derengipun nyawanipun cilaka, Raden Banterang luweh riyen badhe nyilakani istrinipun. Raden Banterang anggadahi niat nenggelemaken instrinipun wonten bengawan, sak sampunipun dugi bengawan, Raden Banterang nyeritakaken tetemunan kalian tiyang jaler compang camping nalika beburon wonten hutang. Surati ugi nyeritakaken tetemuan kalian tiyang jaler cojmpang – camping. Kados ingkang dipun jelasaken Raden Banterang. “Tiyang jaler menika ingkang maringi tali sirah dhuaten kula” Surati njelasaken maneh, supayane Raden Banterang saget luluh atinipun. Ananging Raden Banterang tetep percoyo nek istrinipun badhe nyilakani Raden Banterang. “Kang Mas kula ! bukak ati lan perasaan panjenengan ! kula saguh mati sing penting kang mas selamet. Ananging, sukani kesempatan dhateng kula kangge nyeritakaken tetemuan kula kalian kakang kandung kula ingkang asmanipun Rupaksa” Ngendika Surati Ngelengaken. “kakang kula ingkang badhe mateni kang mas ! kula dipun suwuni pitulungan, ananging kula tolak !” Mirenge hal kasebut, ati Raden Banterang tetep atos saha mnganggep istrinipun ngapusi “kang mas ! menawi toya niki dados wangi lan bening, berarti kula mboten salah ! ananging, menawi tetep buthek lan mambu banget, berarti kula ngapusi !” sentak surati Raden Banterang nganggep pengendikan surati punika mung nganakaken, Saengga Raden Banterang enggal –enggal ngetokaken keris wonten pinggang nipun. Sesarengan punika, Surati mlumpat wonten tengah bengawan terus ical. Mboten dangu, kedadean keajaiban mambu wangi sanget wonten ing sekitare bengawan. Mersani kedadean punika, Raden Banterang ngendika kalian suara gemeter “istri kula mboten salah ! toya bengawan niki wangi ambunipun !” Raden Banterang nyesel, awak dewene nangisi kematian istrinipu, lan nyeseli kebodohanipun. Ananging, sampun telat. Sak sampunipun kedadean punika, bengawan dados wangi, wonten basa jawa dipun sebut Banyuwangi. Asma banyu wangi saterusipun dados asma banyu wangi. antaraunsur Bali, Jawa, dan Banyuwangi. Musik pengiring, tari dan busana cenderung berorientasi pada etnik Bali, sedangkan unsur bahasa, cerita dan tembang berasal dari etnik Jawa. Unsur Banyuwangi atau Osing tampak pada bahasa/dialek yang digunakan oleh para pelawak, selain pada tari dan musik. Kesenian janger merupakan salah satu
75% found this document useful 4 votes14K views4 pagesDescriptionCerita rakyat terbaik di IndonesiaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?75% found this document useful 4 votes14K views4 pagesNaskah Drama Asal Usul Kota BanyuwangiJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
DosenFakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Hadiri, mengatakan saat ini berbagai cerita rakyat atau folklor lisan Banyuwangi, Jawa Timur, semakin menghilang. Menurut dia, dalam waktu dekat buku tersebut juga akan ditulis dalam bahasa Madura dan Jawa. tempointeraktif.com. 2 Komentar Pembaca. hanni 12 Oktober 2015, 19:11 at 19:11. Pada kesempatan kali ini kami akan bercerita mengenai legenda asal mula Banyuwangi salah satu Kota di Jawa Timur. Legenda ini menjadi salah satu cerita rakyat Jawa Timur yang sangat populer. Pulau Jawa dahulu kala diperintah oleh seorang raja. Raja memiliki Perdana Menteri yang Setia bernama Sidapaksa. Ini adalah cerita tentang perdana menteri Sidapaksa. Istri Sidapaksa sangat cantik dan dia sangat mencintainya. Legenda Asal Mula Banyuwangi Namun sayangnya ibu Sidapaksa tidak menyukai istrinya. Suatu hari, ibu Sidapaksa meminta Raja untuk mengirim putranya ke tempat yang jauh. Dengan kondisi ketika putranya pergi, dia memiliki kesempatan untuk menyingkirkan istri putranya. Tentu saja, dia tidak memberi tahu Raja tentang hal itu. Raja yang tidak tahu rencana jahat Ibu Sidapaksa menyetujui permintaan tersebut. Jadi dia memberi tugas Sidapaksa. “Pergilah ke Gunung Ijen. Di sana tumbuh bunga yang bisa membuat wanita cantik. Dapatkan bunga itu untuk Ratu,” kata Raja. Sidapaksa pulang dengan sedih. Dia memberi tahu istrinya tentang tugas dari sang Raja. “Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Apalagi disaat kamu akan melahirkan anak kita,” jawab Sidapaksa. “Jangan khawatirkan aku. Aku bisa menjaga diriku sendiri.” ucap Istrinya Keesokan harinya, sidapaksa berangkat ke Gunung Ijen. Itu merupakan perjalanan yang panjang dan sulit. cerita rakyat jawa timur asal muasal kota banyuwangi Beberapa hari setelah Sidapaksa pergi, istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki tampan. Dia sangat bangga dengan bayinya. Suatu hari, istri Sidapaksa pergi ke mata air. Ibu Sidapaksa membawa bayinya pergi. Dia melempar bayinya ke sungai. Istri Sidapaksa kaget saat tidak bisa menemukan bayinya. “Di mana bayiku?” dia menangis. Dia mencari putranya namun dia tidak bisa menemukannya. Akhirnya dia jatuh sakit karena tidak makan atau minum. Dia menjadi kurus dan lemah dari hari ke hari. Setelah dua tahun, Sidapaksa pulang. Dia tidak sabar untuk melihat istri dan anaknya. Ibunya melihatnya di pintu gerbang. Dia berkata kepadanya, “Anakku, istrimu adalah wanita yang jahat. Dia membunuh bayinya sendiri. Dia membunuh putramu. Dia melemparkanmu putramu ke sungai.” Sidapaksa sangat marah mendengarnya. Dia tidak percaya pada apa pun yang dikatakan istrinya. Dia sangat marah karena dia akan membunuh istrinya. Sayangnya istrinya berkata, “Aku sangat sedih karena kamu tidak percaya padaku. Kamu tidak harus membunuhku. Karena aku akan segera mati.” Kemudian dia lari ke sungai di dekatnya. Sebelum arus sungai membawanya pergi, dia berkata, “Suamiku tercinta, jika bau harum keluar dari sungai ini, maka aku tidak bersalah.” Sebuah keajaiban terjadi. Dari sungai keluar bau harum. Di tengah sungai keluar dua bunga yang indah. Bunga yang besar dan yang kecil. Bunga kecil itu berkata, “Ayah, aku anakmu. Ibuku tidak bersalah. Nenek yang melemparkanku ke sungai.” Sidapaksa berteriak keras. Dia menyesali perbuatannya terhadap istrinya. Tapi sudah terlambat. Istri dan anaknya berubah menjadi dua bunga. Sungai yang bau dan kotor berubah menjadi sungai yang jernih dan harum. Dalam bahasa jawa disebut banyuwangi. Artinya sungai harum. Tanah di sekitar sungai harum itu kini dikenal dengan Banyuwangi, sebuah kota di Jawa Timur. Pesan moral dari Legenda Asal Mula Banyuwangi adalah Jangan mudah mengambil keputusan, selidiki terlebih dahulu ketika kamu mendapatkan satu informasi Baca juga cerita rakyat terbaik kami lainnya yaitu Cerita Mahabharata untuk Anak Perpaduan Sastra dan Hikmah TerbaikDongeng Cerita Gambar Anak dari Amerika Utara Dengan HikmahDongeng Cerita Anak Terbaru Sup Paku yang Lezat Republik CekoCerita Buat Anak Terkenal dari Belanda Hendrik yang PemberaniDongeng Cerita Anak2 dari Italia Harta TerpendamCerita Atau Dongeng Anak Terbaik dari Persia Leyla dan Lampu Ajaib GQwPPNb.
  • u0gk3lutw8.pages.dev/105
  • u0gk3lutw8.pages.dev/342
  • u0gk3lutw8.pages.dev/266
  • u0gk3lutw8.pages.dev/191
  • u0gk3lutw8.pages.dev/373
  • u0gk3lutw8.pages.dev/354
  • u0gk3lutw8.pages.dev/286
  • u0gk3lutw8.pages.dev/87
  • u0gk3lutw8.pages.dev/129
  • cerita banyuwangi dalam bahasa jawa